![]() |
| Harapan dan Realita |
Hari ini saya lupa untuk mengingat hari ini, entah terlalu lama libur atau ngak ada kerjaan. Tiap hari biasanya di depan laptop, terlalu lama facebookan. Sebenarnya facebook sangat membantu saya dalam mengisi kekosongan waktu :D hehehe. Kalau tidak facebookan ya, cari-cari bahan bacaan lainnya, seperti kompas, kaskus, dan BBC. Mandi. Mandi aja sering kali jam 5 sore, itupun 1 kali dalam sehari, bisa dibayangkan betapa malasnya saya saat liburan ini.
Kamar, berserakan seperti kapal pecah, selimut tidak dilipat, makanan piring sisa disebelah tempat tidur, dan yang paling tragis dari semuanya adalah tidak ada INbox dari si dia. Miris ! memang kehidupan ini, seperti mau menuju tujuan tetapi tidak tau dan tidak ada yang mengendalikan kehidupan saya hari-hari ini.
Saya mempunyai masalah dengan Tuhan, mulai meragukan Tuhan, bahwa Tuhan itu ada atau tidak. Dia sebenarnya adalah nahkoda didalam hidup saya dalam menyeberangi lautan kekerasan hidup. Banyak sekali harapan yang saya panjatkan didalam doa, tetapi semua pasti tidak terealisasi walaupun saya sudah memeberikan yang terbaik.
Kata pembisnis sukses Bob Sadino "Jangan pernah berharap, percuma berharap karena tidak semua terkabulakan". Sejenank saya merenung kata-kata tersebut memang benar, banyak sekali harapan yang tidak terkabul. Harapan yang tidak terkabul, sering kali membuat kita menjadi kecewa, ujung-ujungnya patah semangat.
Tidak masuk di ITB, membuat saya kecewa. Tiap kali saya melihat orang-orang yang masuk ITB, rasanya hanya Envy. Harapan selama bertahun-tahun, kini hilang.
Nahkoda yang dulu saya percaya, sekarang sudah saya tidak percaya lagi. Saya tidak percaya Tuhan ! untuk saat itu. Sudah susah-susah payah mempersiapkan ladang, tetapi tidak turun hujan. Tiap kali saya bertemu dengan teman, hanya ada kesimpulan "Tuhan itu mempnyai rencana, yang indah pada waktunya".
Mendengar "Tuhan punya rencana yang indah" ada 2 sisi. Pertama bosan. Kedua setelah direnungkan ternyata benar !, bahwa semua indah pada waktunya. Kini saya hanya belajar sabar dan berusaha memberikan yang terbaik, apa yang saya ingin capai demi masa depan saya.
Spion yang terlalu besar didalam kehidupan saya, kini saya menggantinya lebih kecil. Spion kecil ini agar saya tidak terlalu menengok kebelakang, tetapi saya harus maju, dan sering kali saya harus mengingat-ingat "Kenapa saya gagal, melalui spion kecil tersebut untuk memperbaiki kesalahan pada masa lalu".
Hidup memang seperti roda, kadang di atas dan kadang di bawah. Hidup itu memang tak adil !. Hanya ada kata sabar serta melakukan yang terbaik yang bisa mematahkan kedua presepsi tersebut. Sabar, akan harapan membuat realita semakin besar, harapan apa yang kita harapkan belum tentu sama seperti apa yang diharapkan Tuhan, toh manusia yang merencakan tetapi Tuhan yang menentukan. Realita ibarat pemain musik, harapan ibarat lagu.
