Apakah Anda pernah menonton sebuah film yang berjudul The Butterfly Effect ? Atau, bagi yang pernah menyaksikannya, masih ingatkah Anda dengan film tersebut?!
Menurut terjemahan bebas dalam wikipedia, The Butterfly Effect
adalah sebuah film fiksi ilmiah Amerika Serikat pada tahun 2004, yang
dibintangi oleh Ashton Kucher, Amy Smart, Eric Stolz, dan lain-lain.
Film ini disutradarai dan ditulis oleh Eric Bress dan J. Mackye Gruber.
Sinopsis
ringkas film tersebut, yakni tentang kehidupan seorang anak (Evan) yang
sejak kecil menderita penyakit hilang ingatan yang diindikasikan adalah
turunan dari Ayahnya yang gila. Namun, ternyata tidak ditemukan hal
yang aneh pada fisik Evan. Oleh psikiaternya, Evan disuruh menulis buku
harian agar tidak melupakan hal-hal yang terjadi padanya. Maka sejak itu
Evan mulai menulis buku hariannya dengan rajin.
Seiring
berjalannya waktu, Evan tumbuh menjadi seorang remaja dan bersahabat
karib dengan Tommy, Kayleigh (adik Tommy) dan Lenny. Namun, Suatu hari
mereka berbuat nakal dengan bermaksud membuat ‘ledakan’ yang ternyata
berakibat fatal bagi persahabatan mereka. Tahun demi tahun pun berjalan,
Evan yang sudah memasuki bangku kuliah, membaca lagi buku harian yang
pernah ditulisnya dulu. Lewat buku hariannya inilah terjadi perubahan
besar dalam lintasan kehidupannya yang lalu. Dan, Evan pun menyadari
bahwa melalui buku hariannya, ia bisa kembali menjadi Evan muda dan
mengubah apa yang ia rasa perlu diubah. Hasilnya, ia tidak hanya
mengubah hidupnya, tapi juga hidup ketiga sahabatnya, dan ibunya
sendiri. Namun apapun yang ia ubah, ternyata bukan kebahagiaan yang
diperolehnya. Justru ia semakin frustasi dengan keadaan yang Ia dan
hidupnya alami. Sampai pada puncaknya, ia harus mengambil keputusan,
manakah yang benar-benar akan ia ubah, untuk mengembalikan kehidupannya,
kekasih, sahabat dan keluarganya.
Film ini pun meraih sukses yang luar biasa dan mendapatkan sambutan hangat dari public. Dan, Berkat kesuksesannya, maka film The Butterfly Effect
ini kemudian diikuti oleh dua sekuelnya, dimana ceritanya tidak
berhubungan sebagian besar dengan film sebelumnya. Sekuelnya yang kedua
berjudul The Butteerfly Effect 2 dimana DVD film tersebut dirilis sejak 10 Oktober 2006, dan kemudian dilanjutkan dengan seri ketiganya yang berjudul The Butteerfly Effect 3 : Revelations, yang rilis di tahun 2009.
Yang menarik dari film The Butterfly Effect tersbeut
, yakni adanya sebuah kontemplasi dan indikasi yang menggambarkan
tentang Teori Chaos; dimana diketahui bahwa sebuah kepakan kecil sayap
kupu-kupu di hutan belantara Brazil akan dapat menghasilkan Tornado di
Texas beberapa bulan kemudian. Benarkah demikian?!
What is The Butterfly Effect ?
Adalah seorang Edward Norton Lorenz, yang menjadi Profesor di MIT tahun 1962 dalam bidang meteorologi ini menemukan butterfly effect
atau apa yang menjadi landasan teori chaos pada tahun 1961 di
tengah-tengah pekerjaan rutinnya sebagai peneliti meteorologi. Ia
dilahirkan pada 23 Mei 1917 di USA; memiliki latar belakang pendidikan
di bidang matematika dan meteorologi dari MIT. Dalam usahanya melakukan
peramalan cuaca, dia menyelesaikan 12 persamaan diferensial non-linear
dengan komputer (kuliah Fisika Matematika dan komputasi). Pada awalnya
dia mencetak hasil perhitungannya di atas sehelai kertas dengan format
enam angka di belakang koma (…,506127). Kemudian, untuk menghemat waktu
dan kertas, ia memasukkan hanya tiga angka di belakang koma (…,506) dan
cetakan berikutnya diulangi pada kertas sama yang sudah berisi hasil
cetakan tadi. Sejam kemudian, ia dikagetkan dengan hasil yang sangat
berbeda dengan yang diharapkan. Pada awalnya kedua kurva tersebut memang
berimpitan, tetapi sedikit demi sedikit bergeser sampai membentuk corak
yang lain sama sekali. Inilah yang disebut dengan butterfly effect
, yaitu kepakan sayap kupu-kupu di hutan belantara Brazil (pengabaian
angka sekecil 0.000127) menghasilkan tornado di Texas beberapa bulan
kemudian. (id.wikipedia.com)
Fenomena
ini, akhirnya melahirkan Teori Chaos, yang juga dikenal sebagai sistem
yang ketergantungannya sangat peka terhadap kondisi awal. Hanya sedikit
perubahan pada kondisi awal, dapat mengubah secara drastis kelakuan
sistem pada jangka panjang. Jika suatu sistem dimulai dengan kondisi
awal dua maka hasil akhir dari sistem yang sama akan jauh berbeda jika
dimulai dengan 2,000001 di mana 0,000001 sangat kecil sekali dan wajar
untuk diabaikan. Dengan kata lain: kesalahan yang sangat kecil akan
menyebabkan bencana dikemudian hari.
Symbiosis antara Teori Chaos dan Realitas Fraksi Kehidupan (Fractal )
Logikanya,
Teori Chaos adalah teori yang berkenaan dengan sistem yang tidak
teratur seperti awan, pohon, garis pantai, ombak dan lain lain, yang
terjadi secara random, tidak teratur dan anarkis. Namun bila dilakukan
pembagian (fraksi) atas bagian-bagian yang kecil, maka sistem yang besar
yang tidak teratur ini didapati sebagai pengulangan dari bagian-bagian
yang teratur. Secara statistik, dapat dijelaskan bahwa Chaos adalah
kelakuan stokastik dari sistem yang deterministik . Sistem yang deterministik (sederhana, satu solusi) bila ditumpuk-tumpuk akan menjadi sistem yang stokastik (rumit, solusi banyak).
Mandelbrot
dan Helge von Koch, adalah ahli komputer dan matematika yang
memperagakan hal ini sehingga muncullah cabang ilmu baru yang disebut fractal . Segitiga sama sisi adalah sistem deterministik
(sederhana). Bila banyak segitiga sama sisi ditumpuk-tumpuk dan
dilakukan perbesaran pada salah satu pinggir tumpukannya akan
menghasilkan suatu permukaan pinggiran yang sangat ruwet (stokastik
). Keadaan akhir (yang dilihat dengan mata) tumpukan akhir pada salah
satu pinggir adalah sistem chaos, sedangkan segitiga-segitiga
pembentuknya adalah unsur pembentuk fractal . (Kompas, 25 Oktober 2002 )
Kebanyakan
dalam realitas kehidupan (tentu juga realitas ekonomi), masalah yang
kita hadapi adalah seperti tumpukan segitiga yang hanya kelihatan
sebagian dari pinggirnya itu. Hal ini akan menyesatkan dan sangat
ceroboh bila analisisnya mengambil pendekatan garis mulus yang
menghubungkan permukaan tersebut. Chaos dan fractal menawarkan
suatu solusi untuk mengekstraksi sistem chaos ini agar ditemukan unsur
pembentuknya, yaitu segitiga-segitiga sama sisi tersebut. Dalam era
informasi dan teknologi dewasa ini adalah sangat mungkin untuk melakukan
analisis ini dan riset pada bidang ini sudah sangat maju minimal dalam
fisika dan teknik elektro: neural network dan cellular automata . Fisika bukan semata mempelajari satu partikel tunggal tetapi juga sekumpulan partikel yang membentuk sistem chaos.
Korelasi Teori Chaos dengan Aspek Kehidupan
Teori efek kupu-kupu (Butterfly’s Effect
) ini tidak hanya berlaku dalam dunia meteorology saja seperti dalam
awal penemuannya, tetapi juga dalam seluruh aspek kehidupan yang ada di
dunia ini. Setiap perubahan kecil yang dilakukan akan mengakibatkan
sebuah perubahan besar lainnya dalam selang waktu tertentu. Artinya,
setiap hal, kejadian, perubahan, dan bentuk tindakan sekecil apapun yang
tejadi dalam kehidupan sekarang akan berpengaruh besar pada kehidupan
yang akan datang, dan itu berlaku untuk seluruh aspek kehidupan yang ada
di dunia ini.
Sejarah dan apa yang telah terjadi dan terbentuk sekarang ini, merupakan pengaruh dari adanya teori Butterfly’s Effect
tersebut. Bahkan, hal yang buruk terjadi di periode sekarang ini pun
adalah juga hasil dari pengaruh Teori Chaos tersebut. Dan, tentunya juga
akan berpengaruh pada kehidupan berikutnya.
Sebagai contoh, siapa sangka bahwa buku tipis bertajuk Der Judenstaat (The Jewish State ) bersama karya fiksi yang berjudul Altneluland (Old New Land
) ternyata mampu menginspirasi jutaan orang Yahudi. Yang kemudian
tergerak untuk mendirikan negara Yahudi Raya yang bernama Israel. Yang
pada akhirnya dalam tindak tanduknya, negeri tersebut telah mengundang
sejuta mata untuk menyaksikannya, dan bahkan terus berlangsung hingga
detik ini, khususnya permasalahan yang menyangkut konflik dan
konfrontasi dengan Palestina.
Lalu,
contoh yang lain adalah, ketidaksengajaan seorang jenius Isaac Newton
yang kejatuhan buah apel dari pohonnya, ketika dia berada tepat di bawah
pohon tersebut. Dari kejadian ini, maka timbulah teori gravitasi yang
sampai sekarang masih dipelajari dan berpengaruh penting dalam segala
bidang dan terapannya. Begitu pun dengan ilmuan-ilmuan jenius lainnya,
seperti Einstein, Thomas Alva Edison, Alexander Graham Bell, Wright
brothers, Leonardo Da Vinci, dan lain-lain. Akibat penemuan-penemuan
yang mereka lakukan di masa lalu, ternyata telah banyak meberikan
pengaruh yang besar bagi kehidupan sekarang.
Intinya,
segala sesuatu yang terjadi di masa lalu telah membentuk kejadian di
masa sekarang. Dan, peristiwa dan kejadian yang terjadi di periode
sekarang ini tidak terlepas dari pengaruh yang telah terjadi di masa
silam, dan akan berpengaruh juga untuk masa yang akan datang.
“The Butterfly Effect” in The New Year
Keberadaan gaya gravitasi planet terjauh dari bumi sekalipun juga berpengaruh atas eksistensi manusia di muka bumi ini. Layaknya sebuah gaya tak terlihat yang saling mempengaruhi di seluruh jagad raya ini, perubahan kecil pun ternyata bisa berakibat sangat besar.
Keberadaan gaya gravitasi planet terjauh dari bumi sekalipun juga berpengaruh atas eksistensi manusia di muka bumi ini. Layaknya sebuah gaya tak terlihat yang saling mempengaruhi di seluruh jagad raya ini, perubahan kecil pun ternyata bisa berakibat sangat besar.
Kehidupan yang terjadi
sekarang ini, tidak terlepas atas apa yang telah terjadi sebelumnya.
Setiap kita yang hidup sekarang ini, yang masih bernapas di bumi ini,
dan memiliki kehidupan sendiri, adalah pengaruh atas apa yang telah kita
lakukan sebelumnya. Itulah pencitraan dari teori The Butterfly Effect
. Kita yang sekarang ini dan memiliki kehidupan masing-masing, adalah
pantulan atau lompatan atas apa yang telah kita lakukan sebelumnya.
Sebagai contoh, seorang
anak yang bercita-cita menjadi seorang dokter, kemudian cita-cita itu
akhirnya tercapai setelah anak itu dewasa. Hal ini tidaklah terlepas
atas apa yang anak tersebut perbuat di masa-masa hidup anak tersebut
sebelumnya. Begitupun dengan seorang pecundang atau orang gagal
sekalipun, adalah hasil atas apa yang telah ia lakukan di masa
sebelumnya. Namun, siklus ini akan terus berjalan
simultan dan berkesinambungan. Artinya, hidup kita yang terjadi sekarang
ini adalah hasil dari hidup yang kita lakukan sebelumnya, dan hidup
kita yang akan terjadi di masa yang akan datanng, adalah hasil dari
hidup yang kita lakukan sekarang. Ini berarti, anak yang telah berhasil
menjadi dokter di kehidupan sekarang ini, belum tentu akan berhasil juga
di kehidupan yang akan datang, apabila dikehidupan yang sekarang ini,
anak tersebut tidak melakukan pencapaian dan keberhasilan melalui setiap
langkah dalam hidupnya. Begitu pun dengan orang gagal yang hidup
sekarang ini, tentunya jika dia mulai melakukan perubahan dan langkah
besar dalam pencapaian hidupnya skerang ini, maka tidak menutup
kemungkinan orang gagal ini akan bermetamorfosis menjadi orang yang
sangat berhasil di kehidupan berikutnya. Jadi, hidup kita di masa yang
akan datang, sangat ditentukan dengan apa yang kita lakukan dengan
kehidupan kita sekarang ini.
Oleh karena itu, memasuki tahun yang baru ini (in The New Year
), ada baiknya kita merenung dan berkontemplasi terhadap jejak-jejak
kehidupan kita yang telah kita jalani sebelumnya. Ingatlah sporadis
memorial kehidupan Anda sebelumnya. Dan, ambilah, adopsi, dan seraplah
hikmah dan pelajaran penting dari kehidupan sebelumnya, untuk
selanjutnya digunakan dalam membangun kehidupan yang lebih baik lagi
dari tahun-tahun sebelumnya. Karena kita yang sekarang ini adalah hasil
dari kita di masa sebelumnya, dan jika kita ingin berhasil di tahun
berikutnya, maka kita yang sekarang hidup di tahun ini harus berusaha
melakukan yang terbaik untuk mencapai keinginan dan harapan kita di
tahun berikutnya. Sehingga kehidupan yang lebih baik pun dapat kita raih
untuk seterusnya. Maka dari itu, jadilah pribadi yang melakukan setiap
tindakan, setiap ucapan, dan setiap niatan, yang hendaknya merupakan
buah pemikiran yang baik dari pribadi setipa kita, sehingga hasilnya pun
akan baik nantinya. Karena setiap ujung jari kita pun mampu melakukan
perubahan besar untuk dunia ini. Apalagi jika kita berjuang dengan
seluruh daya dan upaya yang kita miliki.
Terakhir, cermati dan hayatilah semboyan penggugah yang betenaga ini : "Change one thing, change everything ". Maksudnya, jika kita bisa mengubah satu hal, maka kita pun bisa mengubah semuanya. Yakinlah itu dan cobalah melakukannya!
Terima kasih dan semoga bermanfaat!
Source :http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/01/%E2%80%9Cthe-butterfly-effect%E2%80%9D-in-the-new-year/
Source :http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/01/%E2%80%9Cthe-butterfly-effect%E2%80%9D-in-the-new-year/