Waktu SMP, saya selalu menargetkan ulangan untuk dapet 100, setelah itu banyak sekali ulangan-ulangan saya yang tidak sesuai target. Ketika SMA sampai kelas 2 saya selalu berambisi untuk mendapatkan nilai seratus, kemudian tidak ada satupun ulangan yang mendapatkan seratus, banyak teman-teman saya yang mengatakan saya terlalu berambisi, kemudian mereka mempengaruhi saya untuk tidak mendapatkan seratus. Inilah yang merubah hidup saya, saya tidak berkeinginan untuk mendapatkan nilai seratus, kemudian saya seperti merasakan hidup yang biasa-biasa saja...., dan saya sadari teman-teman saya adalah orang yang mencuri mimpi saya, mereka telah mempengaruhi pikiran saya, kemudian ada sebuah cerita dari Billy Boen ...
Menurutmu, berapa gaji ‘standar’ seseorang yang baru lulus kuliah S1 di
Indonesia? Biasanya, lulusan S1 dari universitas lokal untuk pekerjaan
pertamanya akan mendapatkan gaji berkisar antara Rp.1 juta – Rp.2.5
juta per bulan, sedangkan lulusan S1 dari luar negeri bisa mendapatkan
gaji sekitar Rp. 2 juta – Rp. 5 juta per bulan. Tolong diingat, kisaran
yang saya sebut di atas tidak baku karena gaji yang ditawarkan biasanya
tergantung dari size perusahaan, tingkat kebutuhan perusahaan, tanpa
atau dengan kita sadari like dan dislike yang menginterview terhadap
yang diinterview juga mempengaruhi, dan masih banyak lagi. Tapi kisaran
tadi adalah yang ada pada umumnya.
Dengan semakin tingginya rasa keinginan kebanyakan orang jaman sekarang ini untuk menjadi kaya, saya ngga heran sekarang ini semakin banyak orang yang mau berwiraswasta. Terlebih lagi, istilah keren Entrepreneur (Pengusaha) sudah makin dikenal secara luas oleh masyarakat. Saya sangat mendukung spirit untuk menjadi Entrepreneur, namun yang ingin saya bahas lebih lanjut adalah sektor yang di’tekuni’ oleh 98% tenaga kerja aktif, yaitu Pekerja / Karyawan. Kenapa? Karena tidak ada satu Entrepreneurs pun yang bisa sukses tanpa didukung oleh para karyawannya. Oleh sebab itu, saya berharap pemikiran yang saya tulis ini dapat membongkar pemikiran ‘primitif’ kebanyakan orang sehingga ujung-ujungnya, mampu memberikan pengaruh positif bagi tenaga kerja Indonesia (maupun Entrepreneurs sekalipun) sehingga mampu menjadi lebih baik dan kompetitif.
Anyway, berapa biaya kuliah sampai lulus S1? Kalau universitas dalam negeri berkisar dari belasan juta sampai ratusan juta. Kalau universitas luar negeri berkisar di atas Rp. 1 milyar. Nah, kalau gaji yang diterima ketika pertama kali kerja adalah Rp.1 juta per bulan untuk lulusan lokal dan Rp. 2 juta per bulan untuk lulusan luar neger,...”Kapan balik modalnya?
Sekarang, coba tanya ke dirimu sendiri, “Berapa gaji yang ingin kamu dapatkan 3 tahun lagi? 5 tahun lagi, 10 tahun lagi?” Di buku “Young On Top” yang saya tulis, saya bercerita tentang seseorang yang ketika lulus S2 dari luar negeri mendapatkan gaji hanya sekitar Rp. 2 juta per bulan. Namun saat itu juga dia bermimpi untuk mendapatkan gaji sebesar Rp. 25 juta per bulan (10 x umurnya x Rp.1 juta). Untuk sekadar update, dia berhasil mendapatkan gaji yang dia impikan itu setelah dia bekerja selama kurang lebih 5 tahun! Bayangkan, dia berhasil mendapatkan gaji 12.5 x lipat dalam kurun waktu 5 tahun! Dan, sekarang ini dia sudah mendapatkan gaji yang jauh lebih dari apa yang pernah dia mimpikan saat dia baru lulus kuliah saat itu.
Sebenarnya, apa yang mau saya sampaikan di sini adalah untuk THINK BIG. Dulu ketika masih kecil, saya sering mendengar nasehat atas apa yang pernah disampaikan oleh Presiden RI kita yang ke-1, yang kira-kira berbunyi, “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”. Saya setuju banget. Kenapa? Karena...saya berpikir, ”Kenapa tidak?” Coba jawab pertanyaan berikut, “Apakah kalau kamu bermimpi untuk mendapatkan gaji Rp. 250 juta per bulan lantas kamu harus ‘membayar sesuatu’ ke pemerintah, ke orang tuamu, ke temanmu, ke tetanggamu?” Ngga kan!
Jadi dari awal karirmu, jangan hanya berharap untuk mendapatkan gaji yang kamu pikir masuk akal. Di buku Rich Dad Poor Dad karangan Robert Kiyosaki, dia bilang bahwa kebanyakan orang ngga berani untuk bermimpi. Ya itu tadi, mereka hanya berani memimpikan apa yang mereka pikir mereka bisa capai. Padahal, menurut Robert, apa yang seseorang pikir untuk mampu dia raih hanyalah sebuah konteks realitas yang dia miliki saat itu. Dalam bermimpi, ngga usah mikir apa yang kamu mimpikan itu masuk akal atau tidak. Memangnya ketika kamu tidur kamu juga hanya mau memimpikan sesuatu yang masuk akal saja? Ngga kan? Ketika kamu tidur, kamu ngga bisa set apa yang mau kamu mimpikan. Nah, dalam ‘bermimpi’ / menset cita-cita, kamu bisa kontrol apa yang mau kamu mimpikan. Jadi, kenapa hanya menset yang masuk akal menurutmu?
Di dalam melakukan pekerjaanmu sehari-hari pun, cobalah ‘bermimpi’ untuk mampu mendapatkan jauh di atas target yang telah ditentukan oleh atasanmu. Misalnya kamu ditargetkan untuk penjualan sebesar Rp. 100 juta, cobalah untuk ‘bermimpi’ dan menargetkan dirimu sendiri untuk dapat mencapai Rp. 200 juta, misalnya. Apa yang terjadi kalau kamu ternyata gagal dan hanya mampu mencapai 60% dari apa yang kamu impikan? Artinya, kamu berhasil mencapai Rp. 120 juta atau lebih tinggi target yang diberikan. Nah, coba kalau kamu sejak awal hanya ‘bermimpi’ dan menargetkan dirimu untuk pencapaian Rp. 100 juta dan hanya berhasil 75%-nya? Meski prosentasi pencapaiannya lebih tinggi, 75% berbanding 60%, tapi pencapaian Rupiahnya lebih rendah! Menurutmu, atasanmu akan lebih senang dengan pencapaian yang mana by percentage atau by Rupiah value?
Seperti yang saya katakan di atas, pemikiran ini pun diperlukan oleh Entrepreneurs tanpa terkecuali. Dalam mengembangkan usaha, janganlah takut untuk bermimpi!
Yang saya mau tekankan di sini adalah penting untuk kita semua untuk memiliki mimpi yang besar, mimpi yang mungkin saat ini ‘tidak masuk akal’ (menurut konteks realitasmu). Namun, mimpi aja ngga akan cukup. Kamu ngga akan bisa meraih mimpimu tanpa usaha yang maksimal dan konsistensi; terus melakukan yang terbaik di setiap kesempatan, alias Just Perform.
Dengan semakin tingginya rasa keinginan kebanyakan orang jaman sekarang ini untuk menjadi kaya, saya ngga heran sekarang ini semakin banyak orang yang mau berwiraswasta. Terlebih lagi, istilah keren Entrepreneur (Pengusaha) sudah makin dikenal secara luas oleh masyarakat. Saya sangat mendukung spirit untuk menjadi Entrepreneur, namun yang ingin saya bahas lebih lanjut adalah sektor yang di’tekuni’ oleh 98% tenaga kerja aktif, yaitu Pekerja / Karyawan. Kenapa? Karena tidak ada satu Entrepreneurs pun yang bisa sukses tanpa didukung oleh para karyawannya. Oleh sebab itu, saya berharap pemikiran yang saya tulis ini dapat membongkar pemikiran ‘primitif’ kebanyakan orang sehingga ujung-ujungnya, mampu memberikan pengaruh positif bagi tenaga kerja Indonesia (maupun Entrepreneurs sekalipun) sehingga mampu menjadi lebih baik dan kompetitif.
Anyway, berapa biaya kuliah sampai lulus S1? Kalau universitas dalam negeri berkisar dari belasan juta sampai ratusan juta. Kalau universitas luar negeri berkisar di atas Rp. 1 milyar. Nah, kalau gaji yang diterima ketika pertama kali kerja adalah Rp.1 juta per bulan untuk lulusan lokal dan Rp. 2 juta per bulan untuk lulusan luar neger,...”Kapan balik modalnya?
Sekarang, coba tanya ke dirimu sendiri, “Berapa gaji yang ingin kamu dapatkan 3 tahun lagi? 5 tahun lagi, 10 tahun lagi?” Di buku “Young On Top” yang saya tulis, saya bercerita tentang seseorang yang ketika lulus S2 dari luar negeri mendapatkan gaji hanya sekitar Rp. 2 juta per bulan. Namun saat itu juga dia bermimpi untuk mendapatkan gaji sebesar Rp. 25 juta per bulan (10 x umurnya x Rp.1 juta). Untuk sekadar update, dia berhasil mendapatkan gaji yang dia impikan itu setelah dia bekerja selama kurang lebih 5 tahun! Bayangkan, dia berhasil mendapatkan gaji 12.5 x lipat dalam kurun waktu 5 tahun! Dan, sekarang ini dia sudah mendapatkan gaji yang jauh lebih dari apa yang pernah dia mimpikan saat dia baru lulus kuliah saat itu.
Sebenarnya, apa yang mau saya sampaikan di sini adalah untuk THINK BIG. Dulu ketika masih kecil, saya sering mendengar nasehat atas apa yang pernah disampaikan oleh Presiden RI kita yang ke-1, yang kira-kira berbunyi, “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”. Saya setuju banget. Kenapa? Karena...saya berpikir, ”Kenapa tidak?” Coba jawab pertanyaan berikut, “Apakah kalau kamu bermimpi untuk mendapatkan gaji Rp. 250 juta per bulan lantas kamu harus ‘membayar sesuatu’ ke pemerintah, ke orang tuamu, ke temanmu, ke tetanggamu?” Ngga kan!
Jadi dari awal karirmu, jangan hanya berharap untuk mendapatkan gaji yang kamu pikir masuk akal. Di buku Rich Dad Poor Dad karangan Robert Kiyosaki, dia bilang bahwa kebanyakan orang ngga berani untuk bermimpi. Ya itu tadi, mereka hanya berani memimpikan apa yang mereka pikir mereka bisa capai. Padahal, menurut Robert, apa yang seseorang pikir untuk mampu dia raih hanyalah sebuah konteks realitas yang dia miliki saat itu. Dalam bermimpi, ngga usah mikir apa yang kamu mimpikan itu masuk akal atau tidak. Memangnya ketika kamu tidur kamu juga hanya mau memimpikan sesuatu yang masuk akal saja? Ngga kan? Ketika kamu tidur, kamu ngga bisa set apa yang mau kamu mimpikan. Nah, dalam ‘bermimpi’ / menset cita-cita, kamu bisa kontrol apa yang mau kamu mimpikan. Jadi, kenapa hanya menset yang masuk akal menurutmu?
Di dalam melakukan pekerjaanmu sehari-hari pun, cobalah ‘bermimpi’ untuk mampu mendapatkan jauh di atas target yang telah ditentukan oleh atasanmu. Misalnya kamu ditargetkan untuk penjualan sebesar Rp. 100 juta, cobalah untuk ‘bermimpi’ dan menargetkan dirimu sendiri untuk dapat mencapai Rp. 200 juta, misalnya. Apa yang terjadi kalau kamu ternyata gagal dan hanya mampu mencapai 60% dari apa yang kamu impikan? Artinya, kamu berhasil mencapai Rp. 120 juta atau lebih tinggi target yang diberikan. Nah, coba kalau kamu sejak awal hanya ‘bermimpi’ dan menargetkan dirimu untuk pencapaian Rp. 100 juta dan hanya berhasil 75%-nya? Meski prosentasi pencapaiannya lebih tinggi, 75% berbanding 60%, tapi pencapaian Rupiahnya lebih rendah! Menurutmu, atasanmu akan lebih senang dengan pencapaian yang mana by percentage atau by Rupiah value?
Seperti yang saya katakan di atas, pemikiran ini pun diperlukan oleh Entrepreneurs tanpa terkecuali. Dalam mengembangkan usaha, janganlah takut untuk bermimpi!
Yang saya mau tekankan di sini adalah penting untuk kita semua untuk memiliki mimpi yang besar, mimpi yang mungkin saat ini ‘tidak masuk akal’ (menurut konteks realitasmu). Namun, mimpi aja ngga akan cukup. Kamu ngga akan bisa meraih mimpimu tanpa usaha yang maksimal dan konsistensi; terus melakukan yang terbaik di setiap kesempatan, alias Just Perform.
saya mempunyai target untuk kemabali mendapatkan nilai seratus, apapun yang akan saya lakukan, teman-teman saya tidak boleh "mencuri mimpi" saya :), dan yang terpenting mimpi saya adalah... MFACROSYSTEM !