Maaf, bulan tak seperti bintang yang ku gapai
Indah cakrawala bagaikan gelap membentang, meneteskan darah
Nyanyian bulan, menghibur hatiku terpana mendung kesakitan
Tarian pelangi mengilhamkan aku pada sebuah harapan.
Angan-angan membentang beralasakan langit biru yang berawan
Maaf, hujan itu meramalkan senja di lubuk hati
Aku terlahir tak ada seorang pun yang menemaniku saat gundah bertabur sedih.
Aku berdiri terinjak oleh waktu, yang mengejarku.
Fortuna Sang Dewi, melihatku terbang bersama harapanku saat kelabu.
Kemanapun aku berada, aku selalu terbuang dalam langit gelap.
Entah mengapa matahari berbicara kepadaku, dan menemaniku dalam ketersendirian.
Penantianku mungkin telah ditunggu oleh Sang Pencipta.
Anggapan untuk mengakhiri sudah terbayang
Di tengah kuningnya daun berguguran, tertinggal sepucuk daun.
Akankah hidupku tak sampai disini
Kiranya aku sebuah pesawat rusak, yang berusaha mencari arah angin hidup di tengah kekuranganku.
Aku berjalan, melihat ukiran namaku dan seseorang di batang pohon
Waktu terus berlari mengejarku, berusaha melupakan yang sudah terjadi
Rasanya semakin aku lupakan semakin teringat akan seseorang yang wajahnya mencerahkan duniaku.
Niat dan tekad terangan luas meneteskan semangat baru yang ingin ku ukir dalam kenangan